Desa Reco adalah salah satu daerah penghasil tembakau di Kecamatan Kertek. Tembakau di Reco banyak ditanam di lahan yang memiliki kemiringan dan kondisi lereng tertentu, dengan tanah Andosol yang secara umum subur, tetapi ada berbagai kendala seperti erosi, masalah media perakaran, retensi hara, kesiapan lahan, dll.

Lahan tanaman tembakau di Reco secara aktual sebagian besar dikategorikan sebagai lahan sesuai marginal (S3) yang berarti ada beberapa faktor pembatas, bukan lahan ideal.

---

Pengolahan dan Produksi

“Pengolahan tembakau” bisa meliputi beberapa tahap, dari panen sampai pengeringan, sortir, rajang, pelintingan (untuk rokok linting), dan mungkin pemrosesan lanjut jika ada industri lokal.

Berikut aspek-aspek pengolahan yang ada / sedang dikembangkan di Reco:

Panen dan ritual terkait
Ada tradisi “wiwit methik sata” di Dusun Anggrunggondok, Desa Reco, sebagai pertanda awal panen tembakau. Biasanya panen jatuh akhir Juli atau awal Agustus. 

 

Rajang dan pengeringan
Setelah panen, daun tembakau di desa ini dirajang, dan dijemur. Ada penggunaan alat-alat tradisional seperti cacak dan gobang untuk merajang. 

 Beberapa tantangan yang tampak dalam pengolahan tembakau di Reco dan sekitarnya:

• Kualitas lahan dan kondisi fisik seperti kemiringan, bahaya erosi, retensi hara, media perakaran yang belum optimal. 

• Lahan banyak yang S3 (sesuai marginal), bukan S1/S2 yang lebih ideal. 

• Erosi: Budidaya dan pengolahan lahan intensif menyebabkan erosi di lahan Andosol. Ada lahan dengan bahaya erosi tingkat tinggi.

• Pendapatan petani: Rata-rata pendapatan dari usaha tani tembakau di Reco (dan desa-desa lain di Kertek) masih tergolong rendah dibanding standar KHL (Kebutuhan Hidup Layak) di Kabupaten Wonosobo. 

• Pasokan/pembelian: Ada isu di banyak daerah bahwa industri rokok terkadang tidak menyerap seluruh hasil panen petani (stok gudang pabrikan tinggi, produksi rokok menurun, kebijakan cukai dsb) — hal ini bisa mempengaruhi petani Reco juga.

---